It is really that Indonesian artists have great potency to coloring the world of fine art in international forum. With various culture backgrounds Indonesian artists can produce unique artworks that compromise modern contemporary and traditional arts.
Lagi, karya-karya seniman Indonesia akan diusung ke luar negeri. Kali ini melalui pameran bertajuk Indonesian Eye: Fantasies & Realities, karya-karya dari 18 seniman Indonesia akan digelar di Saatchi Gallery, sebuah galeri yang cukup dikenal dan bergengsi di London, Inggris, 27 Agustus – 9 Oktober 2011. Sebelumnya, empatpuluh satu karya seni berupa lukisan, patung, dan instalasi, dan fotografi tersebut dipajang di Ciputra Artpreneur Center, Jakarta, 9 Juni – 10 Juli 2011.
Para seniman yang karya-karyanya terpilih dalam pameran ini antara lain Heri Dono, Eddie Hara, Eddo Pillu, Haris Purnomo, Agung Mangu Putra, Nindityo Adipurnomo dan Mella Jaarsma. Selain itu juga terpilih karya-karya dari sejumlah artis muda seperti Jompet Kuswidananto, Samsul Arifin, dan Wedhar Riyadi. Di samping lukisan, patung dan instalasi, pameran juag menghadirkan karya fotografi dari Angki Purbandono.
Pemrakarsa pameran, David Cicilitira dari Saatchi Gallery, mengungkapkan, tujuan Indonesian Eye adalah untuk mengenalkan karya-karya artis Indonesia di dunia internasional. Karena itu, selain karya para seniman senior Indonesian Eye juga menampilkan karya-karya para seniman muda yang mempunyai potensi besar untuk berkembang. Indonesian Eye bisa dikatakan sebagai kelanjutan pameran serupa, Korean Eye, yang juga digelar Saatchi Gallery dan sukses memperkenalkan karya-karya artis Korea ke dunia internasional.
Seniman Indonesia dinilai memiliki potensi besar untuk mewarnai dunia seni kontemporer dunia. Dengan latar kebudayaan yang sangat beragam berbasis seni tradisi karya-karya yang diusung dalam pameran kali ini cukup unik. Seperti karya Heri Dono misalnya, mencoba menggambarkan kondisi sosial politik kontemporer dengan memanfaatkan figur-figur dan elemen tradisi khususnya seni wayang. Lihat misalnya karyanya, “Playing Chess” atau “Looking for a Fake President”. Sementara, karya instalasi Jompet Kuswidananto, “War of Java, Do You Remember?” mengingatkan kita akan sejarah kolonialisme di negeri ini. Dibaca dalam konteks masa kini karya Jompet masih relevan mengingat kondisi sosial ekonomi Indonesia yang sesungguhnya masih terjajah dalam hubungan dengan negara-negara maju.
Karya Wedhar Riyadi, “New Neighbour From Outerspace”, mengambarkan dua bocah, yang satu memiliki kepala dan wajah mirip gambaran mahluk angkasa luar, bertukar mainan. Sebuah khayalan menarik yang menurut Wedhar banyak diilhami dunia film di televisi.
Secara umum, sekitar empat puluh karya yang dihadirkan dalam Indonesian Eye menggambarkan fantasi para artis tentang realitas kekinian Indonesia.
English version: Indonesian Contemporary Art: Fantasies and Realities
Lagi, karya-karya seniman Indonesia akan diusung ke luar negeri. Kali ini melalui pameran bertajuk Indonesian Eye: Fantasies & Realities, karya-karya dari 18 seniman Indonesia akan digelar di Saatchi Gallery, sebuah galeri yang cukup dikenal dan bergengsi di London, Inggris, 27 Agustus – 9 Oktober 2011. Sebelumnya, empatpuluh satu karya seni berupa lukisan, patung, dan instalasi, dan fotografi tersebut dipajang di Ciputra Artpreneur Center, Jakarta, 9 Juni – 10 Juli 2011.
Para seniman yang karya-karyanya terpilih dalam pameran ini antara lain Heri Dono, Eddie Hara, Eddo Pillu, Haris Purnomo, Agung Mangu Putra, Nindityo Adipurnomo dan Mella Jaarsma. Selain itu juga terpilih karya-karya dari sejumlah artis muda seperti Jompet Kuswidananto, Samsul Arifin, dan Wedhar Riyadi. Di samping lukisan, patung dan instalasi, pameran juag menghadirkan karya fotografi dari Angki Purbandono.
Pemrakarsa pameran, David Cicilitira dari Saatchi Gallery, mengungkapkan, tujuan Indonesian Eye adalah untuk mengenalkan karya-karya artis Indonesia di dunia internasional. Karena itu, selain karya para seniman senior Indonesian Eye juga menampilkan karya-karya para seniman muda yang mempunyai potensi besar untuk berkembang. Indonesian Eye bisa dikatakan sebagai kelanjutan pameran serupa, Korean Eye, yang juga digelar Saatchi Gallery dan sukses memperkenalkan karya-karya artis Korea ke dunia internasional.
Seniman Indonesia dinilai memiliki potensi besar untuk mewarnai dunia seni kontemporer dunia. Dengan latar kebudayaan yang sangat beragam berbasis seni tradisi karya-karya yang diusung dalam pameran kali ini cukup unik. Seperti karya Heri Dono misalnya, mencoba menggambarkan kondisi sosial politik kontemporer dengan memanfaatkan figur-figur dan elemen tradisi khususnya seni wayang. Lihat misalnya karyanya, “Playing Chess” atau “Looking for a Fake President”. Sementara, karya instalasi Jompet Kuswidananto, “War of Java, Do You Remember?” mengingatkan kita akan sejarah kolonialisme di negeri ini. Dibaca dalam konteks masa kini karya Jompet masih relevan mengingat kondisi sosial ekonomi Indonesia yang sesungguhnya masih terjajah dalam hubungan dengan negara-negara maju.
Karya Wedhar Riyadi, “New Neighbour From Outerspace”, mengambarkan dua bocah, yang satu memiliki kepala dan wajah mirip gambaran mahluk angkasa luar, bertukar mainan. Sebuah khayalan menarik yang menurut Wedhar banyak diilhami dunia film di televisi.
Secara umum, sekitar empat puluh karya yang dihadirkan dalam Indonesian Eye menggambarkan fantasi para artis tentang realitas kekinian Indonesia.
English version: Indonesian Contemporary Art: Fantasies and Realities