Agung Prabowo Menjawab Rasa Takut
Oleh Winarto
Family Matters, seni grafis, karya Agung Prabowo |
Ketakutan seperti inilah
yang dirasakan Agung Prabowo, ketika ia mulai menapaki fase baru dalam
perjalanan hidupnya yakni sebagai seorang ayah. Ketakutannya bersumber pada
kebutaannya tentang berbagai misteri dan mitos; tentang proses bagaimana
seorang janin tumbuh dan berkembang di dalam kandungan, bagaimana sang ibu
harus berjuang menghadapi proses kelahiran sang anak. Juga, tentang pamali atau
pantangan yang menyertai tumbuh kembang anak.
Ia mengaku takut, karena
tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Namun, pada suatu titik, Agung berhasil
mengatasi rasa takut karena ketidak-tahuannya itu dengan menumbuhkan
keberaniannya untuk mengetahui. Ia tidak ingin sepanjang hayatnya diteror oleh
kegelapan. Maka, ia mencoba menyibak apa yang terjadi dalam kegelapan, apa di
balik sebuah misteri, sebuah mitos. “Saya coba sikapi dengan mengganti rasa
takut dengan rasa ingin tahu, menggali
lebih dalam dan mendasar. Kata kunci yang kemudian saya temukan adalah natural
mystic,” ungkap Agung.
Natural
Mystic, karenanya, bagi Agung adalah sebuah jawaban atas rasa takut. Ia
adalah eksplorasi akan kegelapan, misteri dan mitos yang banyak menyelimuti
dunia sehari-hari kita. Inilah inti yang tampaknya ingin disampaikan Agung
melalui karya-karya grafisnya yang dipamerkan di Bentara Budaya Jakarta, tanggal 17-27 Oktober 2013.
Permainan Simbol
Natual
Mystic yang menjadi judul pameran ini adalah karya Agung Prabowo berupa 28
fragmen lukisan hasil cetak dengan teknik cukil lino. Kurator pameran, Aminudin
TH Siregar, menyebut teknik grafis yang digunakan Agung sebagai cukil habis (reduction-print).
Yakni metode cetak yang mampu menghasilkan cetakan bermacam warna dengan
memanfaatkan satu plat cetak. Teknik ini pernah digunakan Picasso dalam seni
grafis yang dirintisnya tahun 1950an.
Behind The Curtain 10, seni grafis, karya Agung Prabowo |
Dengan teknik ini
gambar-gambar hasil cetak karya Agung tampak penuh warna. Bukan hanya
warna-warna solid, tetapi juga gradasi yang lembut. Hal ini terlihat pada
karya-karyanya seperti “Nircintraka”, “Nirbaya Jagratara”, “Family Matters” dan
“Don’t Mind the Man Behind The Curtain” yang merupakan satu serial tema terdiri
dari 10 fragmen.
Di luar persoalan teknis
cetak, tema-tema yang dihadirkan Agung dalam lukisan grafisnya sangat menarik. Agung
– yang lebih suka mengenalkan dirinya sebagai Agugn – menggunakan berbagai
simbol untuk mengungkap misteri alam. Jendela dengan tirai yang terbuka sering
digunakan sebagai bingkai yang mengerangkai berbagai objek di dalamnya. Sepuluh
fragmen dalam “Don’t Mind the Man Behind The Curtain” memanfaatkan bingkai
jendela dan tirai. Jendela dengan tirai yang terbuka bisa ditafsirkan sebagai
hasrat untuk menemukan, keinginan untuk mengetahui lebih banyak, melihat ke
luar lebih jauh, atau sebaliknya melihat ke dalam lebih dekat.
Melalui jendela yang terbuka Agung
menghadirkan ketenangan laut yang misterius (“Behind The Curtain 3”), gunung dan daratan biru dengan langit merah
jambu (“Behind The Curtin 8”), dua pasang kaki yang menyeruak dari dalam kamar
dengan sebilah pisau di tengah ruang (“Behind The Curtain 10”), atau ruang
bawah tanah dan lorong yang dingin (“Behind The Curtain 7”).
Natural Mystic 14, seni grafis, karya Agung Prabowo |
Sementara itu, seri
fragmen “Natural Mystic” banyak menghadirkan simbol-simbol berupa binatang dan
tumbuhan seperti katak, burung, ulat, gurita, kelelawar, ular, buaya, sapi,
kucing, bunga bangkai, buah pisang, tangkai tanaman, dan daun. Sosok binatang
dan tumbuhan itu umumnya disajikan sebagai objek tunggal di atas bidang gambar,
berupa kertas putih buatan tangan, tanpa warna atau bentuk-bentuk lain yang
melatarbelakangi. Sehingga sosok-sosok binatang dan tanaman itu justru hadir
sebagai bingkai dari objek-objek yang terlukis di dalamnya. “Natural Mystic 30”
misalnya, menggambarkan seekor katak dalam posisi mengangkang simetris. Bagian
perutnya yang terbuka membingkai dua gunung kembar dan bulan di atasnya. Sedangkan
“Natural Mystic 5” menampilakn sosok gurita dengan bentuk-bentik geometris di
bagian kepalanya, dan “Natural Mystic 14” berupa seekor kelelawar dengan kedua
sayap membentang simetris, membingkai smbol-simbol bulan dan matahari yang
terhubung oleh garis putus-putus yang membentuk belah ketupat.
Karya lainnya yang
menarik dalam pameran ini yakni “Family Matters” yang menempatkan sosok sebuah
keluarga – terdiri dari suami isteri dan seorang bocah – di tengah bidang
gambar, dikepung aneka barang yang hadir dalam kehidupan sehari hari seperti
mainan anak-anak, perabotan meja, kursi, tempat tidur, perlatan dapur dan
pertukangan. Di bagian bawah bidang gambar terlihat dua dahan pohon yang dipasang di sebelah kanan dan kiri secara
simetris, sementara pada bagian tengah tampak sosok sebuah wajah yang terbentuk
dari sepasang sendok garpu, piring makan, pisau dapur dan kue-kue coklat.
“Family Matters” mengingatkan kita pada misteri kehidupan rumah tangga dengan
segala macam problematikanya.
Profil Agung Prabowo
Agung Prabowo lahir di bandung, 8 Agustus
1985, lulus dari Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung
(FSRD-ITB) tahun 2010. Pada tahun 2012 Agung memenangkan juara pertama
Triennale Seni Grafis Indonesia IV yang diselenggarakan galeri seni Bentara
Budaya. Sejak masih kuliah ia aktif mengikuti pameran bersama di berbagai kota
di Indonesia dan luar negeri. Pameran bersama yang terakhir diikuti yaitu
“Subject Matters: A Locus Collectivism”, Art: 1 gallery, Jakarta, dan “Awagami
International Miniature Print Exhibition 2013”, Inbe Art Space, Tokushima,
Japan. Pameran “Natural Mystic” di Bentara Budaya Jakarta ini merupakan pameran
tunggal pertama baginya. Rencananya, “Natural Mystic” juga akan digelar di Jogja,
Soilo dan Bali.